Sabtu, 06 Oktober 2012

Jean-Baptiste Say; Smith dari Perancis

Oleh: Andi Tri Haryono[1]


[1] Pengajar di FE Unpand 
Setelah kita mendiskusikan dan mencoba mengarungi anasir-anasir pemikiran sang professor dari skotlandia, tibalah saatnya kita untuk mencoba mengarungi samudra pemikiran pemikir ekonomi klasik lainnya pasca Adam Smith. Sebelum terlalu jauh menggali dan mengarungi pemikiran para tokoh setelah Smith, perlu kita ingat kembali bahwa dogma tentang laissez faire banyak memberikan pengaruh yang sangat besar, bahkan dogma laissez faire yang terkandung dalam The Wealth of Nations menjadi semacam dermaga untuk semua pemikir ekonomi klasik dalam melabuhkan pemikiran-pemikirannya. Dari sinilah berbagai macam penggalan-penggalan sejarah tercatat.

David Ricardo dalam Ide dan Pemikiranya.





Dalam catatan kali ini saya akan mencoba mengawalinya dengan kritik Edward Said terhadap sebuah Novel yang sangat tersohor karya Jane Austen, seorang novelis wanita dari inggris kelahiran 16 December 1775 – 18 July 1817. Dalam novelnya Mansfield Park Austen menggambarkan pesona tentang Mansfield Park yang berada di wilayah Northampton, Mansfield Park oleh Jane Austen digambarkan sebagai sebuah wujud atau cita rasa tentang gaya hidup yang mengokohkan symbol-simbol corak budaya imperialis ketimbang Antigua yang miskin, yang nestapa, primitive serta sarat dengan nuansa pengumbaran birahi semata oleh masyarakat mereka. Edward said memang tidak hendak menuduh Austen lewatr karyanya sebagai agen imperlialisme Inggris kala itu, yaitu terkait dengan isu perbudakan yang lepas dari diskursus Austen dalam novelnya.

Adam Smith; si Linglung yang Menggemparkan Dunia

Oleh Andi Tri Haryono

Mempelajari sejarah pemikiran ekonomi, sebagai pijakan tentunya harus terlebih dahulu melintasi rel muasal kata ekonomi, sebab kata ekonomi sendiri tidak begitu saja lahir dari ruang-ruang ataupun peradaban modern, akantetapi sejak zaman yunani istilah ini sudah mulai dikumandangkan. Kalau coba kita telisik, kata “ekonomi” berasal dari bahasa Yunani “Oikonomia” yang berarti seni pengelolaan rumah tangga. Bahkan Aristoteles berbicara hal itu, misalnya ia memandang oikonomia adalah ilmu tentang bagaimana bertahan hidup, sementara politik adalah seni hidup yang baik (eudaimonia)[1]. Setidaknya pendapat yang diungkapakan oleh Aristoteles hanya merupakan sebuah argumentasi yang dapat dijadikan rujukan historitas, meskipun sangat dangkal manakala memaknai ilmu ekonomi hanya sebatas ilmu yang diciptakan sebagai solusi untuk survive (bertahan hidup).