Oleh Andi Tri Haryono
Mempelajari sejarah
pemikiran ekonomi, sebagai pijakan tentunya harus terlebih
dahulu melintasi rel muasal kata ekonomi, sebab kata ekonomi sendiri tidak
begitu saja lahir dari ruang-ruang ataupun peradaban modern, akantetapi sejak
zaman yunani istilah ini sudah mulai dikumandangkan. Kalau coba kita telisik, kata
“ekonomi” berasal dari bahasa Yunani
“Oikonomia” yang berarti seni pengelolaan rumah tangga. Bahkan Aristoteles
berbicara hal itu, misalnya ia memandang oikonomia adalah ilmu tentang
bagaimana bertahan hidup, sementara politik adalah seni hidup yang baik (eudaimonia)[1].
Setidaknya pendapat yang diungkapakan oleh Aristoteles hanya merupakan sebuah
argumentasi yang dapat dijadikan rujukan historitas, meskipun sangat dangkal
manakala memaknai ilmu ekonomi hanya sebatas ilmu yang diciptakan sebagai
solusi untuk survive (bertahan
hidup).
Ya.., tentunya kita sadar
mungkin saja saat itu Aristoteles hanya sebatas memotret kondisi masyarakat Athena
waktu itu. Sebuah tindakan yang tak adil manakala
kita menghakimi Aristoteles terkait pandangannya terhadap urgensi ilmu ekonomi
pada masanya dengan konteks ilmu ekonomi hari ini, mengigat ekonomi sekarang
sudah menjadi sebuah studi etis yang benar-benar merobohkan tembok-tembok atau
sekat antar disiplin. Ekonomi benar-benar sebuah kajian yang berfungsi menjadi
urat nadi bagi kehidupan, terlepas dari semua polemik tentang perdebatan antara
cara pandang rasionalitas dan dominasi kuantifikasi dalam ilmu ekonomi. Namun
itu semua seolah menjadi pertanda bahwa ekonomi tidak hanya merupakan jalan
fikiran semata, melainkan menjadi pandangan dunia, kita tidak dapat menafikan bagaimana
arti hadirnya ilmu ekonomi dalam kehidupan. Dalam paper yang saya sajikan kali
ini, akan mencoba mengawalinya dengan mengarungi anasir-anasir alam fikir
seorang ekonom besar, yaitu Adam Smith.
Setidaknya dari Adam Smith
lah kita akan mengawali pelayaran mengarungi samudra pemikiran ekonomi yang
sangat hampar dan luas, sejarah telah menorehkan catatanya; bahwa Adam Smith
merupakan salah satu pemikir ekonomi yang tentunya tidak dapat kita sangkal
keberadaanya. Anasir pemikirannya nampaknya menjadi pusat orbit sejarah pemikiran
ekonomi, meskipun sedikit orang mengetahui bahwa Smith tidak hanya mempelajari
ekonomi semata, akan tetapi dia juga memiliki proyek pribadi membangun teori
komprehensif tentang semesta atau kosmologi yaitu terkait dengan minatnya
terhadap ilmu astronomi yang dibuktikan dengan esei-esei tentang sejarah
astronomi.
Sebelum
mengatakan tentang the invisible hand smith terlebih dahulu telah mengemukakan
pendapatnya yang terkait dengan sejarah astronomi yaitu dalam manuskiripnya “History of Astronomy” yang di
publikasikan pada tahun 1795, dalam manuskrip itu dimana dia mendiskusikan tentang
praktek tahyul orang-orang terhadap pandangan mereka tentang ritual menyembah
berhala ataupun sejenisnya, mereka tidak mempercayai segala sesuatu yang
berasal buatan atau ciptaan tuhan yang tak terlihat, smith mengatakan:
“Among savages, as well as in the early ages of Heathen antiquity, it is the irregular events of nature only that are ascribed to the agency and power of their gods. Fire burns, and water refreshes; heavy bodies descend and lighter substances fly upwards, by the necessity of their own nature; nor was the invisible hand of Jupiter ever apprehended to be employed in those matters”. (Smith 1982, 49)[2].
Niatnya untuk melanjutkan
proyek pribadinya yang terkait dengan pengembangan ilmu astronomi terpaksa dia
tanggalkan karena harus merampungkan magnum opus-nya (The Wealth of Nations) yang ketika itu hendak
dipersiapkan untuk menjadi bestseller.
Begitu banyak prasasti yang menjadi saksi bahwa sang profesor Skotlandia ini
adalah seorang maestro ekonomi, baik yang menyangkut perihal kehidupannya
hingga pemikiranya tentu tidak bisa tuntas dalam satu atau dua jam diskusi
saja, akan tetapi perlu waktu lama untuk mengenalinya dan
tentunya untuk bersenggama dengan pemikiran-pemikiranya.
I
Adam Smith adalah :
Sosok
yang Misterius dan
Eksentrik
Untuk mengenal lebih jauh
siapa sejatinya sang profesor ini, tentunya lebih tepat manakala didahului
dengan anggapan bahwa kita seolah-olah ingin kembali pada abad 18 atau tahun 1723.
Pada tahun itulah babak pertama tentang cerita ekonomi modern dimulai, babak baru
itu muncul manakala lahir seorang anak laki-laki berbadan kecil dan beramput
kriting lahir dan menatap matahari kota Kirkcaldy, Skotlandia. Adam Smith kecil
memendam cerita buruk, manakala dia berusia empat tahun diculik oleh seorang
gybsi, untung saja nasib buruknya untuk menjadi anak gybsi yang miskin tidak
terjadi, karena gybsi tersebut mengembalikan Smith pada orang tuanya, hingga
Smith menjadi sosok dewasa hanya Ibu dan buku-bukunyalah yang menjadi sosok
yang paling dekat dengan Adam Smith.
Ketika Smith tumbuh
menjadi pemuda dewasa, ternyata kehidupan percintaanya
tidak pernah terdengar, karena tidak satupun sejarahwan mengatakan kalau dia
pernah menikah, meskipun dia memiliki banyak kenalan wanita. Seorang novelis
Madame Riccoboni setelah bertemu dengan Adam Smith di Paris pada mei 1776 ia
menggambarkan bahwa sosok Adam Smith adalah sosok yang selalu berbicara keras, giginya
yang besar-besar kelihatan, dan wajahnya sama jeleknya dengan setan, ia juga
dia kenal sebagai manusia paling linglung, tetapi dia juga sosok yang paling
menyenangkan ungkapnya, (Muller, 1993: 16)[3]. Kehidupan pribadi
dan cintanya memang sangat misterius, karena tak satu pun sejarahwan berhasilkan
menggambarkan dan mengumpulkan data-data secara komprehensif terkait riwayat
sang profesor asal Skotlandia itu.
Dengan segala keterbatasan
data yang saya kumpulkan terkait riwayat kehidupan sang profesor, maka saya
tidak punya pretensi untuk menggambarkan siapa sebenarnya Adam Smith itu, dan
bagaimana riwayat selama hidupnya, kita hanya menyadari bahwa dia banyak memberikan
inspirasi dan membuka jalan fikir para pemikir-pemikir ekonomi sesudahnya.
Meskipun telah digambarkan oleh kawannya David Hume, Adam Smith acap kali
diejek oleh Hume sebagai seorang yang sangat tertutup, meskipun
sesekali
Smith dalam waktu senggangya sering mengunjungi club-club seperti Poker Club,
Club of Edenburgh, London Literari dan Johson Club[4].
Tentunya kita juga telah
mengenal sosok Adam Smith adalah sosok yang sangat kritis dan kontrofersial. Dia
menjadi sanagat kontrofersial manakala dalam magnum opusnya (The
Wealth of Nations) menyatakan tentang kecamannya terhadap para profesor-profesor di
Universitas, meskipun dia sendiri adalah seorang profesor, dalam The
Wealth of Nations
edisi Modern Library halaman 720 dia mengatakan:
“If the teacher happens to be a man
of sense, it must be an unpleasant thing
to him to be conscious, while he is lecturing his students, that he is either
speaking or reading nonsense, or what is very little better than nonsense. It
must too be unpleasant to him to observe
that the greater part of his students desert his lectures; or perhaps attend
upon them with plain enough marks of neglect, contempt, and derision. . . . The
discipline of colleges and universities is in general contrived, not for the
benefit of the students, but for the
interest, or more properly speaking, for the ease of the masters” (Smith, 1965
[1776] p 720)[5].
Pernyataan Adam
Smith tentunya benar-benar menohok institusi pendidikan terutama kampus saat
itu, kritik yang di lontarkan smith kala itu seolah
menyakiti setiap dosen/profesor-profesor yang ada di Universitas kala itu, jika kita refleksikan dengan kondisi pendidikan sekarang, tentunya sangat
jelas bahwa kecaman Adam Smith masih sangat relevan, sangat kontradiktif memang
karena Adam Smith sendiri adalah seorang profesor. Seorang ekonom besar yang
juga pernah meraih nobel ekonomi J. Stigler juga termasuk penggemar The
Wealth of Nations, menyarankan dan merekomendasikan bahwa karya Adam
Smith tersebut wajib untuk dibaca kecuali pada halaman 720[6]. Tentunya sah-sah saja
manakala J. Stigler memiliki pandangan berbeda terhadap penilaian Adam Smith,
terkait dengan pandangan serta kritiknya terhadap dunia kampus yang kini
dihiasi dengan realitas bahwa dosen ataupun profesor tidak memberikan
perkuliahan yang memancing dan menarik minat mahasiswanya untuk berfikir
kreatif dan menyampaikan ide-ide yang fresh, solutif terhadap problem-problem
sosio-kultural.
Sahabat dekatnya David Hume
menilainya sebagai pribadi yang sangat tertutup, hanya kita bisa mengenalnya
dari ibunya dan manuskrip-manuskripnya sebagai kesaksian hidupnya. Memang
sangat sulit untuk kita mengnal lebih jauh siapa Adam Smith itu, tapi
setidaknya kita telah mencoba sedikit mengumpulkan serpihan-serpihan atau
puing-puing sejarah dan cerita kehidupan tentang Adam Smith, meskipun dalam
konteks ini saya hanya sedikit menggambarkan tentang riwayat sang profesor.
Akan tetapi kita dapat mengenal Adam Smith dari pemikiran-pemikirannya
yang tertuang dalam magnum opus-nya.
Dia
adalah Orang Linglung
Professor fisafat moral asal
Skotlandia ini benar-benar memilki kepribadian yang unik dan eksentrik, baik
dari performa dan penampilan secara retorika, meskipun tergagap-gagap dalam
berbicara, akan tetapi dia memiliki kejeniusan. Kawan-kawan dekatnya mengenal
sang professor ini sebagai orang yang sangat linglung, buku dan paper-papernya
berserakan dimana-mana, sedari masa kanak-kanak dia punya kepribadian yang
unik, dia sering berbicara dengan kawan imajinernya. Banyak kejadian-kejadian
aneh yang dialami oleh kawan-kawannya selama mereka mengenal Adam Smith. Seberapa
uniknya kepribadian sang pemikir ini sampai-sampai seluruh umat dunia banyak
membicarakannya? Jawaban pertanyaan itu tidak dapat terjawab melalui forum ini,
dalam forum ini kita hanya belajar sedikit mengenali siapa sang professor ini.
Meskipun linglung tetapi dari pemikirannyalah babak baru tentang sebuah
peradaban dunia tertoreh.
Penentang
Merkantilisme
Kritik The Wealth of Nations lahir dari rahim
kegelisahan Adam Smith yang ketika itu banyak dipengaruhi
dokrin merkantilisme yang sangat hegemonial. Pada masa itu sumber kemakmuran
diukur dari jumlah emas atau perak yang dimiliki, maka tidak dapat kita
bayangkan bagaimana kondisi waktu hampir semua negara berkompetisi untuk
mengumpulkan emas dan perak sebagai simbol kekayaan dan kemakmuran suatu
negara. Bahkan negara penganut merkantilisme rela untuk mengirimkan utusan
untuk ekspedisi, bahkan mengorbankan apa saja termasuk perang demi kepentingan
mengumpulkan kekayaan mereka. Selain itu juga merkantilis menekankan adanya
perdagangan yang harus seimbang dalam artian jumlah emas harus selalu tetap dan
tidak boleh berkurang. Adam Smith mengungkapkan
“The great affair, we always find, is to
get money” Smith memaparkan dalam The
Wealth of Nations (398)[7]. Pada saat itu memang
sangat kentara sekali keserakahan merkantilis juga sangat hegemonial karena pada dasarnya negara hanya berprinsip
untuk memperbesar eksportnya saja dan tanpa melakukan upaya keseimbangan untuk kebijakan
melakukan inport.
Dalam konteks
ekonomi makro adanya perdagangan antar negara, ataupun jenis perdangangan yang
bersifat regional dan internasiaonal dewasa ini tentunya tidak serta merta
lahir dari sebuah ruang hampa, akan tetapi lahir dari rahim kegelisahan, ide
serta jasa besar seorang Adam Smith. Dalam The
Wealth of Nations banyak sekali kritik yang muncul untuk menyuarakan adanya
perdagangan antar negara yang saling menguntungkan. Smith menggambarkan bahwa
prinsip merkantilisme pada waktu itu bertentangan dengan perdangan :
·
Restraints
upon imports for home consumption that could be produced domestically;
·
Restraints
upon imports of all goods from particular countries with which a country has an
imbalance of trade;
·
Restraints
imposed by means of high duties and outright prohibition;
·
Encouragement
of exports by drawbacks, bounties, advantageous trade treaties with certain countries
and by establishing colonies;
·
Drawbacks
on the duties and excise on home manufactures when exported and when imported materials
or manufactures, subject to duties on importation, are re-exported;
·
Bounties
given to encourage new (today:‘infant’) industries, or any industry judged to deserve
specific favours;
·
Advantageous
treaties of commerce to particular merchants inpartic- ular countries beyond that
accorded to all other countries and their merchants;
·
Monopoly
privileges for the goods of merchants from the country that establishes colonies
(WN 450–1)[8].
Ketidak
sepahaman Adam Smith dengan kebijakan-kebijakan merkantilis yang tertuang dalam
WN, seolah-olah menjadi angin segar untuk bangkitnya era perdagangan bebas (perdagangan
antar negara) kala itu. Banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan manakala
sebuah negara harus membatasi perdagangan antar negara, karena setiap negara
tentunya banyak memiliki perbedaan sumber daya yang dimiliki.
II
Adam
Smith dalam Ide, Pemikiran Serta
Kritiknya:
Mendukung Perdagangan Bebas
Kritik
sang filsuf skotlandia terhadap merkantilis berlanjut lagi pada kritiknya
absurditas perdagangan yang seimbang, smith menganalogikan bagaimana sistem
merkantilis bersikukuh untuk memproduksi (menanam anggur) padahal lahan di
Skotlandia jelas-jelas sangat tidak ber-potensi untuk menanam buah tersebut.
Rasa ketidak puasan Adam Smith memang banyak ia tuangkan dalam karya-karyanya,
dan saya rasa itu memang sudah menjadi panggilan hati dari seorang intelektual
atau pemikir.
Ketidak
merataan sumber daya alam memang menjadikan kita untuk tidak sanggup lagi
menafikan adanya sebuah perdagangan yang saling menguntungkan, dan setiap
negera pasti memiliki sebuah upaya untuk melakukan serangkaian aktivitas
produksi untuk memenuhi segala macam kebutuhan dalam negeri ataupun luar
negeri. Maka dengan adanya hambatan perdagangan melalui berbagai macam upaya
pembatasan perdagangan jelas mempengaruhi kedua negara atau beberapa negara
yang hendak bekerja sama melakukan perdagangan itu mengalami semacam penyakit
yang kronis yaitu ketidak mampuan mereka untuk berproduksi. Mungkin dari
sinilah awal bagaimana Smith mengumpulkan kritik-kritik tajamnya terhadap upaya
merkantilis untuk membatasi perdagangan, kemudian kritik itu dia ungkapkan pada
WN, sang profesor linglung itu mengatakan bahwa :
“By means of glasses, hotbeds, and hotwalls, very good grapes can be raised in Scotland, and very good wine too can be made of them at about thirty times the expence for which at least equally good can be brought from foreign countries. Would it be a reasonable law to prohibit the importation of all foreign wines, merely to encourage the making of claret and burgundy in Scotland? But if there would be a manifest absurdity in turning towards any employment, thirty times more of the capital and industry of the country, than would be necessary to purchase from foreign countries an equal quantity of the commodities wanted, there must be an absurdity, though not altogether so glaring, yet exactly of the same kind, in turning towards any such employment a thirtieth, or even a three hundredth part more of either. Whether the advantages which one country has over another, be natural or acquired, is in this respect of no consequence. As long as the one country has those advantages, and the other wants them, it will always be more advantageous for the latter, rather to buy of the former than to make. It is an acquired advantage only, which one artificer has over his neighbour, who exercises another trade; and yet they both find it more advantageous to buy of one another than to make what does not belong to their particular trades”. [Smith, 1776, 1:423–24][9]
Anasir-anasir
pemikiran Smith nampaknya seperti sebuah nyala api yang mengobarkan semangat
untuk melakukan serangakaian kritik dan penolakan terhadap merkantilis sebagai
menjadi simbol kekuasaan negara yang tiran. Se-gepok pertanyaan yang muncul
adalah bagaimana seandainya Smith kala itu tidak melakukan kritik terhadap
merkantilis? Mungkin kondisi perekonomian dunia akan memiliki narasi yang
berbeda dengan sekarang (perdagangan bebas), karena tentunya kita sadar bahwa,
gaung yang dikumandangakan oleh Adam Smith telah menjadi starting point sebuah peradaban besar di muka bumi ini, setidaknya
dia telah membuka celah untuk memberikan kebebasan perekonomian kepada
masyarakat, bahkan di sepanjang di karyanya WN Smith senantiasa memperjuangkan
misinya untuk mencapai prinsip kebebasan alamiah, dia selalu member contoh
dalam kerja sama perdanagan Inggris dan Perancis, karena dianggapnya negara
tersebut benar-benar memiliki ketergangtungan dalam masalah pemenuhan
faktor-faktor produksi dan pergangan secara umum.
Ide terkait perdagangan bebas
yang diwariskan oleh Adam Smith telah mejadi saksi dalam laju perkembangan perekonomian
dunia saat ini, data terkait perkembangan perekonomian dunia dari tahun
1100-1995 digambarkan melalui grafik berikut ini :
Grafik tersebut menunjukan
bahwa setelah lahirnya WN 1776 pertumbuhan perekonomian di Inggris mengalami
kemajuan yang sanagat pesat. Ini berarti bahwa tahun tersebut menjadi sebuah starting point dimulainya babak baru
perekonomian dunia (perekonomian modern) dan juga menjadi titik balik (turning point) sejarah peradaban
manusia di muka bumi. Pada masa itu juga menjadi semacam simposium yang
mempertautkan antara kebebasan berpolitik dan kebebasan ber usaha, lahirnya WN
juga menjadi reaktor untuk lahirnya revolusi industri di Inggris.
Dan sekarang kita dapat melihat karya sang profesor linglung dari Skotlandia
itu menjadi sangat monumental. Meskipun dalam tahap berikutnya ide-ide
Adam Smith banyak mendapatkan kritikan dan perlawanan dari para pemikir ekonomi
sesudahnya terutama dari aliran neo-klasik, namun bagaimanapun kritik
yang dilontarkan terhadap smith yang telah memicu pasar global ke permukaan
sejarah dunia, akan tetapi dari Smith pula kita tidak bisa mengelak bahwa
lahirnya The Wealth of Nations juga
menjadi titik mangsa dari awal globalisasi.
Tiga Senyawa Pemikiran
Ekonomi Klasik ala Adam
Smith
Peta pemikiran ekonomi klasik
ala Adam Smith dapat kita bagi menjadi tiga unsur (senyawa) terkait bagaimana
sumber kekayaan dan kemakmuran dapat diperoleh melalui kapitalisme dan pasar
bebas, ketiga senyawa itu adalah : pertama dia membicarakan kebebasan (freedom),
kedua kepentingan diri (self-interest), ketiga persaingan (competition). Ketiga
konstruksi tersebut yang menjadi sebentuk tiang pengokoh untuk
bangunan-bangunan pemikirannya.
1 Kebebasan (freedom)
Dalam konteks ini istilah kebebasan (freedom) yang dimaksud oleh Smith adalah kebebasan dalam porsinya untuk mendapatkan hak untuk memproduksi, menukar (memperdagangkan) produk, tenaga kerja dan kapital. Analisis situasi ketika itu adalah Smith semakin gusar dengan keadaan merkantilis yang membatasi perdagangan, membatasi produksi, serta Negara melarang warganya untuk bekerja mempekerjakan para buruh di sector swasta dan idustri. Dalam ide-idenya dia selalu menekankan kebebasan pada individu atau setiap orang untuk berproduksi dan memenuhi kebutuhannya, akan tetapi Smith menekan pada prinsip agar para borjouis memiliki kesadaran agar tidak semata-mata memprioritaskan keuntungan dari laba produksi mereka, itulah yang Smith maksud sebagai pemerataan sumber kemakmuran. Dalam WN ia mengatakan:
“To prohibit a great people, however, from making all that they can of every part of their own produce, or from employing their stock and industry in the way that they judge most advantageous to themselves, is a manifest violation of the most sacred rights of mankind”(372)[11]
Namun sejarah telah
menorehkan cerita yang berbeda, ketika pada perkembangannya pemikiran-pemikiran
Adam Smith dijadikan sebagai pembenaran untuk para kaum burjuis dalam
mengokohkan faktor-faktor produksi yang mereka miliki, demi mendapatkan
kekayaan yang melimpah dan berlindung dibawah rindangnya sumber-sumber kapitalisme
yang mereka miliki, akan tetapi pemikiran Adam smith lah yang menjadi pelataran
untuk berkumpulnya kritik-kritik ekonomi oleh para pemikir setelah Smith
terutama lahirnya kritik ekonomi kalsik oleh kaum neo-klasik.
2 Kepentingan Diri (self-interest)
Anasir pemikiran
Adam Smith yang kedua ini (self-interest)
adalah dihembuskanya nafas tentang refleksi terhadap adanya pengakuan hak
seseorang untuk melakukan usaha sendiri dan membantu kepentingan orang lain. Dalam
konteks ini Adam Smith menyadari bahwa manusia pada dasarnya merupakan subjek
yang memiliki tingkat kesadaran akan pemenuhan kebutuhan idividunya, dia
menganalogikan dengan kiasan dengan perilaku anjing , Smith mengatakan No body ever saw a dog make a fair and
deliberate exchange of one bone for another with another dog (9)[12].
Kemampuan
manusia untuk melakukan sebuah aktivitas yang terkait dengan kemampuannya untuk
mencita (ber-produksi, dan mengerahkan potensi diri) yang mereka miliki dalam
upayanya untuk survive adalah sebuah kenyataan yang tak terelakan. Pada titik
tertentu memang upaya untuk survive
memang tidak dapat dinafikkan dalam setiap aspek kehidupan manusia mungkin ini
yang disebut sebagai upaya eksistensi yang dianjurkan oleh Adam Smith, mungkin
ini yang menjadi sebuah cikal bakal dari pendangan JB Say tentang konsep entepreneur. Sebagai seorang profesor
filsafat moral pandangan-pandangannya memang senantiasa dihinggapi dengan
kesadaran dirinya terhadap cara pandang manusia baik sebagai mahluk sosial dan
sebagai mahluk individual. Karena nampak jelas ketika itu dia merasa seorang
yang tidak ingin tinggal diam ketika kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh
kaum merkantilis hanya akan mengokohkan simbol-simbol dari penguasa (negara).
3 Persaingan (competition)
Persaingan yang dimaksud Adam Smith adalah
pada dasarnya negara harus memberikan hak atas kebebasan setiap warganya untuk
bersaing dalam produksi barang dan jasa yang mereka hasilkan. Persenyawaan dari
ketiga hal yang ajukan oleh adam Smith dalam hal ini berpuncak pada adanya
kebabasan untuk bersaing secara sehat dan terbuka. Dia menyulam benang-benang
kegelisahannya dengan melontarkan kritik terhadap adanya monopoli perdagangan
yang dikokohkan oleh merkantilis kala itu. Bagaimanapun dengan kecamannya
terhdapa aktivitas monopoli perdagangan tentunya akan merusak sendi-sendi perekonomian
dan perdagangan dalam sebuah negara, smith mengatakan Without a monopoly, however, a joint stock company, it would appear
from experience, cannot long carry on any branch of foreign trade[13].
Saya mencoba meraba-raba bahwa alam fikir sang profesor yang diikat dalam tali
gegelisanhannya sangat relefan dengan kondisi sekarang.
Manfaat Invisible Hand
Dari ketiga
unsur tersebut yang telah dibahas di
atas akan menciptakan sebuah harmonisasi yang dalam istilah Mark Skousen
disebut dengan “Harmoni Alamiah” yang mempertautkan kepentingan antara buruh,
pemilik tanah dan kapitalis. Ketiga dokrin ala Adam Smith tersebut akan
menghasilkan sebuah istilah yang di ungkapkan oleh Smit sebagai “Invisible Hand” (tangan-tangan gaib).
Andaian smith
adalah adanya kepentingan diri dari jutaan orang akan akan membawa pada sebuah
titik dimana masyrakat akan memperoleh kemakmuran dan keadilan serta ke
stabilan dalam bidang perekonomian tanpa perlu adanya campur tangan dan arahan
dari negara. Adam smith dalam magnum opus-nya (The Wealth of Nations) mengatakan: “By pursuing his own self interest, every individual is led by an
invisible hand to promote the public interest” (423)[14].
Ada ritme yang
mengabstaksikan bahwa dengan penekanan pada dorongan self-interest pada setiap individu akan diarahkan oleh invisible hand dalam istilah Smith, saya
mengasumsikan bahwa keadaan perekonomian tersebut akan bekerja sesuai dengan
mekanisme pasar ketika ada ruang yang sangat lebar untuk memberikan keleluasaan
pada tiga senyawa (kebebasan, kepentingan diri, dan persaingan) pemikiran ekonomi klasik ala Adam Smith
tersebut. Dari sinilah saya akan lahir berbagai macam orbit-orbit pemikiran
ekonomi yang lainnya yang akan mewarnai kontestasi sejarah pemikiran ekonomi.
Penutup
Pada dasarnya tulisan
yang saya sajikan diatas tidak memiliki pretensi untuk melihat secara detail
semua riwayat hidup serta bangunan pemikiran ekonomi Adam Smith, karena sangat
tidak tepat kalau saya harus mengraikannya dalam tulisan ini, hal ini
dikarenakan saya sendiri masih ter gagap-gagap dalam membaca karya sang maestro
kelahiran Skotlandia tersebut.
Namun memalui
tulisan ini saya hendak melakukan pelayaran kecil untuk mengarungi alam fikir
sang profesor tersebut, dengan harapan dengan sedikit membaca dan mempelajari
Adam smith setidaknya saya dapat memulai langkah saya dalam mengkaji ilmu
ekonomi khususnya sejarah pemikiran ekonomi. Karena saya sadar bahwa dengan
mempelajari Adam Smith maka saya tengah mempersiapkan biduk kecil untuk
berlabuh menuju dermaga-dermaga para pemikir ekonomi selajutnya (setelah Adam
Smith). Dengan demikian mempelajari Adam Smith adalah sebuah keharusan,
keharusan dan keharusan.
Semarang, 06
Oktober, 2011
Salam.........
[1] Tentang pandangan
Aristoteles terhadap oikonomia dapat dilihat dalam catatan Donny Gahral Adian tentang “Ekonomi dan kekeliruan rasionalitas ilmiah”, yang di unggah padaSunday,
October 31, 2010 at 7:45am
[2]Lihat Mark Skousen, “The big three in economics : Adam Smith,
Karl Marx, and John Maynard Keynes”, M.E. Sharpe, Inc., 80 Business Park
Drive, Armonk, New York 2007, page 21.
[3]Lihat Mark Skousen, “The Making of Modern Economics The Lives and
the Ideas of the Great Thinkers”, kemuadian dialih bahasakan oleh Triwibowo
BS, judul buku itu menjadi “Sang Maestro
Teori-teori Ekonomi Modern: Sejarah Pemikiran Ekonomi”, Prenada, Jakarta,
Edisi 3, 2009, page 33-34.
[4] Ibid, page 37
[5] Kurang
lebih ungkapan Adam Smith bisa diartikan : Kalau
saja pengajar itu orang yang waras, tentu saja dia akan marah saat ia tahu
bahwa ketika mereka mengajar mahasiswanya, dirinya ternyata hanya membicarakan
membaca hal-hal yang tak berguna, atau hal-hal yang sedikit lebih baik
ketimbang omong kosong. Tentu saja dia akan marah ketika tahu bahwa sebagian
mahasiswanya meninggalkan kuliahnya; atau mungkin menghadiri kuliahnya tetapi
menunjukan tanda-tanda jelas bahwa mereka, mengabaikan, mengejek dan menghina....Disiplin
akademis dan Universitas padaumumnya disususn bukan untuk kebaikan mahasiswa,
tetapi demi kepentingan atau lebih tepatnya demi kepentingan sang guru.
Lihat Opcit, page 13-14.
[6] Lihat Stigler, George J.
1966. Dalam The Theory of Price. 3d
ed. New York: Macmillan. “George Stigler,
whose favorite economist was Adam Smith, was known for telling his students at
Chicago that he recommended all of The Wealth of Nations “except page 720”
(Stigler 1966,168n).
[7] Dari kutipan tersebut persoalan
yang selalu kita cumpai adalah mengumpulkan uang”. Itulah yang menjadi sebuah
alasan Smith kurang sepakat dengan upaya yang dilakukan oleh merkantilis,
asumsi saya adalah ketika itu Adam Smith tidak sepakat dengan upaya negara
untuk melakukan berbagai tindakan apapun itu demi terkumpulnya kekayaan negara
dalam bentuk uang (ketika itu emas). Lihat Mark Skousen Opcit p 8.
·
Mencegah
import untuk konsumsi dalam negeri, dapat kebutuhan dalam negeri dapat di
penuhi dengan produk domestik.
·
Mencegah semua produk
dari negara-negara tertentu, karena inmport tersebut mengakibatkan ketidak
seimbangan perdagangan (kekayaan negara).
·
Mengendalikan
pemberlakuan pajak yang tinggi dan
memberlakukan per
undang-undangan yang ketat.
·
Memberikan
rangsangan ekport dengan memberikan kemudahan dan menentukan kebiajakan dan
aturan kolonial.
·
menaikan
tarif pajak import dan terus-menerus memproduksi dan hanya meng ekspor, tanpa
meng-inport produk (mengakibatkan permasalahan pemenuhan bahan baku industri
dalam negeri).
Lihat, Gavin Kennedy, dalam “Adam Smith A moral Philosopher and His
Political Economy”, Palgravemacmillan,
New York,
N.Y. 2008, p 189-190.
[9] Lihat
Lionel Robbins
dalam “A
history of economic thought” Princeton University Press, Princeton, New Jersey.
1998. P 210
[10] Grafik tersebut saya
ambil dari Opcit, Mark Skousen, p 6
[11] Smit memberikan penekanan: Untuk melarang orang-orang kelas kaya (kelas borjouis), dari semua yang mereka dapat dari
setiap produksi mereka, atau dari saham mereka dan industri dalam cara mereka menilai paling menguntungkan untuk diri mereka sendiri, adalah pelanggaran
nyata terhadap hak-hak manusia yang paling suci, dikutip dari
: Adam Smith, “An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations”, volume I, Edited by R. H. CAMPBELLand A. S. SraNNER,
Originally published: Oxford : Clarendon
Press, 1979, p
372.
[12] Smith
dalam analoginya menggambarkan tingkah yang ditunjukan pada anjing dia
mengatakan bahwa: tidak ada seorangpun yang pernah melihat anjing untuk membuat
kesepakatan untuk menukar sebuah tulang dengan anjing yang lainnya. Analogi
tersebut sekiranya dapat menjadi semacam ungkapan yang mengejawantahkan bahwa
pada dasarnya manusia memiliki karakteristik sebagai mahluk yang memiliki
hasrat untuk menjadi mahluk individu pada titik tertentu, anggapan tersebut
menurut saya adalah karena manusia memiliki memiliki mekanisme untktuk
berproduksi dan ber karya untuk bisa survive., lihat, ibid, p 9.
[13] Tanpa
sebuah monopoly bagaimanapun sebuah sendi perdagangan pada perusahaan (yang
digambarkan melalui pengadaan dan persediaan bahan baku perusahaan serta proses
penjualannya) akan menandai tumbuhnya cabang-cabang (ranting-ranting)
perdagangan (dalam) dan luar negeri. Kalimat dan kata dalam kurung ditambahkan oleh
penulis. Dikutip dari ibid Smith,1776, p 245.
[14] Dengan
terus mengejar atau mengikuti kepentingan diri mereka (selft-interest) setiap individu akan dibimbing oleh tangan-tangan
tak terlihat untuk meningkatkan kepentingan publik, ibid Smith,1776, p 423.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar